Pengurus Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Jawa Timur melakukan audiensi dengan Kawasan Industri Halal (KIH) Sidoarjo yang diwakili PT Makmur Berkah Amanda Tbk (AMAN) selaku pengembang dan pengelola Halal Industrial Park Sidoarjo (HIPS) dan Kampung Investasi Berkelanjutkan (InTan) pada Kamis (11/8) di Surabaya, Jawa Timur.
Pengurus Pusat IAEI dihadiri oleh Astera Primanto Bhakti selaku Sekjen IAEI sekaligus Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Irfan Syauqi Beik selaku Wakil Ketua Umum VI, Prof. Dian Masyita selaku Ketua Bidang Pengembangan Zakat dan Wakaf, Dr. Murniati Mukhlisin selaku Wakil Ketua Bidang Pengembangan SDM Kependidikan, Dr. Sutan Emir Hidayat selaku Wakil Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan, Dr. Tika Arundina selaku Sekretaris VI dan Dr. Haryadi selaku Sekretaris VII.
Pengembangan KIH merupakan bagian dari salah satu program pemerintah melalui Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan HIPS adalah KIH pertama dan terbesar di Indonesia serta telah beroperasi secara global sejak tahun 2021. HIPS dibangun di atas lahan seluas 148 hektar dan telah menerapkan sustainable halal ecosystem. Sebagai kawasan industri yang berkomitmen melalui konsep halal, sustainable dan integrated, HIPS didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang terjamin halalnya, lingkungan yang nyaman & terpelihara dengan baik, serta komunitas yang mendukung pengembangan industri dalam melakukan aktivitas bisnisnya.
Sejumlah masukan disampaikan pengurus IAEI dalam audiensi kepada HIPS. Diantaranya untuk menjajaki instrumen pembiayaan alternatif seperti Securities Crowdfunding (SCF) dan wakaf. SCF merupakan metode pengumpulan dana dengan skema patungan yang dilakukan oleh pemilik bisnis atau usaha untuk memulai atau mengembangkan bisnisnya. Sedangkan wakaf, merujuk UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Hal penting lain yang menjadi hasil audiensi adalah potensi kerjasama peningkatan literasi ekonomi dan keuangan syariah. Terkait dengan literasi, khususnya sektor pasar modal syariah, pengurus IAEI juga melakukan audiensi dengan Kampung InTan. Kampung InTan adalah wujud atau nama lain dari IDe AsSALAM yang peluncuran dilakukan oleh Sekjen IAEI, Astera Primanto Bhakti, pada 29 Oktober 2021. Inovator dari IDe AsSALAM adalah Dr. Fatmah, M.M., RSA, Bendahara DPW IAEI Jawa Timur yang juga merupakan Ketua Komisariat IAEI UINSA.
Komisariat IAEI UINSA bekerjasama dengan Galeri Investasi Syariah (GIS) Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) UINSA menjadi motor IAEI Jawa Timur dalam sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, termasuk dalam membina GIS-GIS pada jaringan Komisariat IAEI di Jawa Timur untuk dapat beroperasi dan berprestasi serta membina pengelolaan sampah menjadi saham di sejumlah daerah yang dikenal dengan Inisiasi Desa Nabung Saham Modal Sampah (IDe AsSALAM).
Inisiasi Kampung InTan diawali dari hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tahun 2019 yang menunjukkan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan yang dilakukan pemerintah masih rendah, belum merata, dan belum menjangkau 10 sasaran target prioritas. Komisariat IAEI UINSA bekerjasama dengan GIS FEBI UINSA kemudian menginisiasi pengolahan dan pengurangan sampah, terutama sampah rumah tangga. Hal ini juga dimaksudkan untuk melaksanakan lima prioritas program Kementerian Agama RI, salah satunya adalah Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing. Dalam rangka mendukung program tersebut dan turut berkontribusi pada peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan Indonesia sesuai target Presiden sebesar 90% di tahun 2024, IDe AsSALAM dicetuskan guna meningkatkan literasi dan inklusi investasi untuk terwujudnya investment society serta desa yang bebas kemiskinan dan peduli lingkungan.