Indonesia kembali menempati posisi ketiga dalam laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2024/2025 yang dirilis oleh DinarStandard. Capaian ini menandai konsistensi Indonesia selama tiga tahun berturut-turut sebagai salah satu negara dengan ekosistem ekonomi Islam paling kuat di dunia, di bawah Malaysia dan Arab Saudi.
SGIE Report menilai performa negara-negara dalam tujuh sektor utama: makanan halal, keuangan syariah, pariwisata ramah Muslim, modest fashion, kosmetik dan farmasi halal, media dan rekreasi, serta investasi halal. Penilaian dilakukan melalui indikator Global Islamic Economy Indicator (GIEI) yang menggabungkan data perdagangan, kebijakan, inovasi, dan investasi.
Indonesia menunjukkan keunggulan di sektor modest fashion (peringkat 1), pariwisata ramah Muslim (peringkat 2), dan kosmetik serta farmasi halal (peringkat 2). Namun, tantangan masih ada di sektor makanan halal (peringkat 4), keuangan syariah (peringkat 6) dan media rekreasi (peringat 7).
Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menyebut capaian ini sebagai “legitimasi moral” bagi Indonesia untuk memimpin ekonomi Islam global. Pemerintah telah mengintegrasikan arah kebijakan ekonomi syariah dalam RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029, dengan fokus pada sektor riil, industri halal, dan keuangan sosial syariah.
“Indonesia tidak boleh puas di posisi ketiga. Kita harus jadi pemimpin ekonomi Islam dunia,” ujar Ma’ruf Amin dalam