Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai pusat pengembangan zakat dunia melalui penyelenggaraan The 9th International Conference on Zakat (ICONZ) yang dibuka secara resmi oleh Menteri Agama Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA., di Auditorium UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (10/12). Mengusung tema “Zakat & Philanthropy: Beyond Technology – Designing a Global Transform for Humanity and Shared Prosperity”, ICONZ ke-9 menjadi forum strategis untuk merumuskan arah baru tata kelola zakat global.
Dalam pidatonya, Ketua Umum menegaskan bahwa zakat adalah fondasi moral dan spiritual dalam pembangunan umat. Beliau menegaskan bahwa zakat tidak bisa dipisahkan dari keseluruhan ekosistem ekonomi syariah. Penguatan zakat akan semakin optimal jika diletakkan dalam kerangka besar ekonomi Islam nasional yang lebih terintegrasi, mulai dari kebijakan fiskal, inklusi keuangan syariah, pemberdayaan UMKM, hingga digitalisasi layanan publik.
"Kita memerlukan peta jalan yang praktis, yang dapat memandu para pembuat kebijakan maupun para pelaksana untuk memaksimalkan dampak nyata bagi masyarakat," ujarnya.
Beliau juga menekankan tiga poin utama, yakni pentingnya integrasi zakat ke dalam kebijakan pembangunan nasional sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, perlunya konektivitas antara inovasi digital, kecerdasan buatan, dan tata kelola data agar pengelolaan zakat lebih akurat dan tepat sasaran, serta pemanfaatan diplomasi zakat sebagai soft power Indonesia untuk memperkuat posisi negara sebagai penentu standar tata kelola zakat global. Ketiga gagasan ini mempertegas bahwa pengembangan zakat dunia membutuhkan sinergi keilmuan, kebijakan, dan kolaborasi lintas institusi.
Ketua BAZNAS, Prof. Dr. KH Noor Achmad, MA., menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan komitmen BAZNAS untuk menjadikan zakat sebagai kekuatan global dalam merespon kemiskinan dan memperluas perlindungan sosial.
ICONZ ke-9 tidak hanya menjadi konferensi ilmiah, tetapi juga momentum strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai pusat rujukan zakat global. Kolaborasi antara BAZNAS, UIN Jakarta, Kementerian Agama, IAEI, KNEKS, BSI, dan berbagai mitra nasional-internasional memperlihatkan bahwa ekosistem zakat Indonesia telah memasuki fase baru: lebih terstandar, lebih digital, lebih global, dan lebih terintegrasi dalam pembangunan nasional.

