International Conference on Islamic Economics and Finance (ICIEF) kembali digelar untuk ke-15 kalinya pada 20-22 Februari 2024 bertempat di Sasana Kijang, Kuala Lumpur, Malaysia. Agenda tersebut dibuka secara resmi oleh Perdana Menteri Malaysia, Dato Seri Haji Anwar bin Ibrahim.
Pada gelaran ICIEF ke-15 ini, IAEI menjadi salah satu strategic partner untuk agenda tahunan tempat bertemunya para akademisi, peneliti, praktisi dan pemangku kebijakan secara global, membahas mengenai berbagai tantangan Ekonomi Islam di masa depan pada kondisi yang disebut: Volatile, Uncertain, Complex and Ambiguous (VUCA) sekaligus dapat mengoptimalkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan Ekonomi Islam.
Konferensi ini mengumpulkan hampir 500 peserta dari komunitas lokal dan internasional termasuk Indonesia, Pakistan, United Kingdom, Arab Saudi, Maroko, Turki, india, Amerika Serikat, Nigeria, Norwegia, Jerman, India dan beberapa negara lainnya.
ICIEF ke-15 mengusung tema “Driving the Agenda for a Sustainable Humane Economy”. Pemulihan dari pandemi COVID-19, krisis keuangan dan ekonomi ditambah tantangan perubahan iklim memberikan peluang kepada negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)/Organization Islamic Cooperation (OIC) untuk menerapkan ekonomi dan keuangan Islam sebagai pendekatan lokal untuk membentuk pengambilan kebijakan ekonomi.
Operasionalisasi hubungan landasan teoritis IEF (islamic economics and finance) dan penerapannya memerlukan perhatian lebih besar untuk mencapai kesuksesan besar. Meningkatnya kompleksitas dunia, keterhubungan antar dan trans menuntut perencanaan terbaik untuk mengembangkan IEF yang responsif dan akuntabel.
Konferensi ini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfokuskan pada strategi dan langkah ke depan untuk mengembangkan ekosistem ekonomi dan keuangan yang lebih terintegrasi, berkelanjutan, dan manusiawi. Kolaborasi antara akademisi, lembaga keuangan, dan badan pengatur sangat penting untuk mewujudkan visi ekonomi manusiawi yang berkelanjutan, termasuk dukungan penelitian kolaboratif, terutama di bidang ekonomi Islam dan sosial.
“Saya ingin melihat akademisi, industri, dan pembuat kebijakan bekerja sama untuk membangun dan mewujudkan masa depan di mana ekonomi dan keuangan Islam bukan hanya sebuah alternatif, namun sebuah solusi yang mampu memberikan hasil nyata dan substantif – mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dengan sumber daya manusia. bermartabat dan menghasilkan kemakmuran bersama dengan kesetaraan,” ujar Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim saat membuka acara.