Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, diwakili Deputi Bidang Ekonomi dan Transformasi Digital, Dr. Vivi Yulaswati menjadi pembicara dalam sesi prominent scholar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Jumat (28/11) di Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta. Membahas tema Perencanaan Pembangunan Ekonomi Islam Menuju Indonesia Emas 2045, Bappenas menegaskan bahwa nilai dan instrumen ekonomi Islam memiliki peran strategis untuk mempercepat pencapaian visi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Islam ke depan.
Dalam paparannya, Dr. Vivi Yulaswati menegaskan bahwa prinsip keadilan, keseimbangan, dan kemaslahatan yang menjadi fondasi ekonomi Islam telah hadir sejak masa Rasulullah SAW, termasuk penataan pasar, larangan riba, dan praktik bagi hasil. Prinsip tersebut terus berkembang dalam sistem keuangan modern melalui hadirnya bank syariah pertama pada 1992, percepatan regulasi perbankan syariah, serta tumbuhnya ekosistem halal lifestyle, digitalisasi zakat, dan UMKM syariah.
“Ekonomi Islam berkembang bukan semata karena kebutuhan sektoral, tetapi karena masyarakat mencari sistem keuangan yang etis, stabil, dan menyejahterakan,” tegasnya.
Dr. Vivi juga menyampaikan bahwa nilai-nilai ekonomi Islam selaras dengan tiga prioritas utama pembangunan nasional untuk menurunkan kemiskinan dan ketimpangan, meningkatkan kualitas SDM, dan pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan.
Ekonomi Islam mendukung pemerataan melalui zakat, infak, dan wakaf; mendorong investasi produktif melalui mekanisme bagi hasil; serta mempromosikan keberlanjutan melalui larangan eksploitasi dan prinsip menjaga lingkungan. Semua nilai tersebut menjadi akselerator untuk mencapai sasaran Indonesia Emas 2045, termasuk pendapatan per kapita setara negara maju dan penguatan daya saing global.
Instrumen ekonomi Islam memiliki kontribusi nyata bagi produktivitas ekonomi. Mekanisme zakat dan dana sosial syariah memastikan distribusi pendapatan yang inklusif; larangan riba, maysir, dan gharar mendorong transaksi yang sehat dan menghilangkan spekulasi tidak produktif; sementara instrumen muamalah menumbuhkan kerja sama dan keadilan dalam kegiatan usaha.
Instrumen-instrumen tersebut, menurutnya, menjadi kekuatan utama integrasi ekonomi syariah ke dalam sektor-sektor prioritas seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, manufaktur, logistik, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Di hadapan peserta Rakernas IAEI, Dr. Vivi menyampaikan bahwa pencapaian visi Indonesia sebagai pusat ekonomi Islam global yang sejalan dengan tema Rakernas, tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan memerlukan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.
IAEI menyambut baik komitmen Kementerian PPN/Bappenas untuk memperkuat arah pembangunan ekonomi Islam yang lebih terstruktur, berbasis data, dan selaras dengan agenda nasional. Rakernas menjadi momentum pertemuan pemangku kebijakan, akademisi, dan pelaku industri guna memastikan bahwa ekonomi Islam berperan strategis dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
-converted.jpg)


